keheningan terasa di antara kita ber empat, ketika dia mulai menceritakan apa yang sebenarnya terjadi, mengenai keputusannya dan pertimbangannya. perlahan, laki-laki berbaju merah hanya mampu menghela napas panjang, laki-laki berbaju coklat yang memang sudah mendengar ceritanya hanya bisa diam, dan masih sibuk dengan Blackberry nya. awalnya, aku juga diam dan menyimak saja, sampai pada bagian laki-laki berbaju kuning mulai menyebutkan kata, 'aku titip..' air mata kecil merembes perlahan, namun itu bukan apa-apa, sampai mendadak aku ngak bisa menahan tangis ku dan terus menangis sesenggukan.
aku merutuki, merutuki semua ini, kenapa harus seperti ini, kenapa kita ngak bisa melangkah bersama. padahal kita semua memiliki hati yang sama, satu hati yang sama, dan hati ingin melayani yang sama, kenapa kita ngak berjalan bersama? aku kesal. aku ngedongkol. benar-benar kesal.
air mata ku, terus mengalir keluar, sesaat setelah kami sepakat untuk bubar pun, masih ada air mata yang meleleh, terlebih ketika aku ketemu ce Meliv, tahu-tahu air mata merembes kaya gitu aja, tanpa bisa ditahan..
saat sekarang pun, ketika mengingat, semua terasa begitu perih, kenapa bukan aku saja.
kenapa bukan aku saja yang terbuang? kenapa bukan aku saja yang pergi? kenapa harus dia? kenapa dia? aku mengenal dia dengan saat baik, dia pribadi yang menakjubkan. seharusnya dia, dia saja yang maju, bukan aku, sama sekali bukan aku.
aku menyesal, karena ngak bisa mempertahankan dia, sekuat hati, aku ingin dia yang ada di antara kita, berbagi cerita, pengalaman dan bekerja bersama..
mungkin benar kata laki-laki berbaju coklat, dia menghargai keputusan laki-laki berbaju kuning dan bilang kalo jalan kita masing-masing mungkin seperti ini, tapi aku tidak seperti kebijaksanaan laki-laki berbaju coklat itu, aku sadar sepenuhnya, tidak ada keajaiban atau apapun yang bisa aku buat, tidak ada tindakan apapun yang bisa ku lakukan untuk menyelamatkan apapun.. aku juga bagian yang hanya bisa terima, namun air mata ini, ngak mau berhenti mengalir.. aku kecewa dan sedih.
dan aku terus mempertanyakan, kenapa bukan aku saja yang terbuang? dan harus mundur.. andai ada satu saja kesempatan yang bisa ku lakukan atau ku perbaiki untuk mengembalikan dia ke sini, du antara kita semua, aku mau, aku akan lakukan.. tapi seperti nya, aku hanya bisa diam saja.. membiarkan air mata ku terus mengalir, dan dia memilih jalannya sendiri.. semua jalan sudah tertutup. berharap pun, tidak mungkin. God has planned for us.
Love,
sansan 5 barriers!
0 Comments:
Post a Comment