hello nights :)
setelah beberapa hari ini jarang nulis, karena kesibukan menyiapkan UAS, kerja tugas merodi, dan pada akhirnya semua tugas sudah selesai, tinggal menyambut UAS ajaaa.. :D
di samping sibuk mengerjakan UAS, ada satu kesibukan baru yang aku punya, belajar move on :)
Ada satu novel yang baru aku beli, judulnya trave(love)ing.. Isinya tntng 4 orang (Dendi, Grahita, Mia dan Roy) dari latar belakang yang berbeda, ketemu lewat main #rhyme di Twitter, dan mereka sama-sama mau move on :) Mereka pake cara move on yang luar biasa menguras kocek, karena harus ke Malaysia, Singapur, Rafting di Bali, sampai ke Dubai. Luar biasa. Yang aku suka, adalah ceritanya Grahita, yang Rafting ke Bali.
-Grahita..
Dia rafting ke Bali sama teman-temannya, cuma buat melupakan mantannya yang akhirnya sepakat buat jadi stranger. Mr. Kopi, begitu Grahita menyebutnya, karena karakteristik cowo itu yang kaya kopi, mereka berawal dari sahabatan rekat, saling mengerti satu sama lain, dan akhirnya mutusin buat jadian, dan harus berakhir karena Tuhan nya Grahita, beda sama Tuhan nya Mr. Kopi. Grahita yang mutusin, dan Grahita sakit sungguhan. Cukup sedih, tapi apa boleh buat, hal-hal beda agama itu masih cukup berlaku. #rhyme favorit Grahita, I love Chocolate Jelly, you love beef wagyu. I went to Bali, just to forget you. Lalu, apakah Grahita bisa move on? Butuh waktu, bahkan saat dia jatuh dari perahu karet, dan ngapung di sungai, dia masih tetap mikirin Mr. Kopi. Dia bahkan masih tetap berharap bisa ketemu Mr. Kopi. Waktu beli oleh-oleh, dia ingat oleh-oleh buat Mr. Kopi, waktu mesen kopi, dia ingat kopi favorite Mr. Kopi, bahkan waktu dinner di Kuta, sambil nikmatin makanan kesukaannya, dia tetap nangis, karena saking pengennya Mr.Kopi ada di situ saat itu juga. Seperti itulah cinta. (Nanti aku bakal post ini ending dr critanya Grahita ini)
Tapiiii, meski critanya Grahita yang paling aku senang, bagian yang paling banyak sakitnya itu, bagian Mia. Di atas ketinggian langit Dubai, dia ngingat mantannya yang mutusin dia, dan benar-benar sakit. 'Perjalanan menyadarkan bahwa sejauh apa pun kita pergi, tetap ada sesuatu yang hilang. Bagi gue, dialah yang hilang. And I do really miss him much like a desert missed the rain.' Tapi, pada akhirnya Mia pun merelakan mantannya, bukan membuang kenangan itu, tapi dengan menutupnya.
Pada intinya, buku ini cukup menginspirasi aku, bahwa move on, tidak semudah itu, tidak, sama sekali tidak. Jika mereka bilang move on itu mudah, berarti mereka tidak pernah benar-benar mencinta. dan, aku sendiri juga belum nemuin bagaimana caranya buat benar-benar move on, karena meski aku bisa tertawa, berfoto, jauh dalam hati kecil ku, aku tetap berharap, kamu ada di sini, kamu bareng aku ketawa dan foto. kalo dalam hati kecil ku, aku tetap pengen kita punya banyak waktu bersama. aku ngak bisa ngomong sama siapapun lagi, betapa mencekik nya perasaan ini, betapa kadang aku berharap kita bisa kembali jadi sahabat seperti dulu, bukan menjalani hubungan seperti dua orang asing seperti ini. meski berapa kali pun kamu menyakiti, satu-satunya hal yang aku takut menimpa diri ku adalah, aku membenci kamu. sungguh. aku tidak pernah ingin membenci kamu.
melewati jalan yang sama, tempat yang sama, semua ingatan tentang kamu, selalu saja hadir, seakan-akan dengan hangat menjaga aku. kamu. satu-satunya yang tidak pernah bisa ku singkirkan, sekuat apapun aku telah berusaha. kadang, aku merasa cukup tidak tahu diri, sangat tidak layak, bagaimana mungkin bisa sebegitu nya menyayangi kamu, aku sendiri juga tidak pernah tahu mengapa, dan aku cukup gila untuk membayangkan, kenapa dan bagaimana bisa. aku hanya mengikuti kata hati ku, untuk menyayangi mu, meski segalanya terlihat tidak baik-baik saja.
aku tidak akan melarikan diri kemana pun untuk melupakan mu, Darwin bilang, biar waktu yang menjawab, dan aku akan membiarkan waktu yang menjawab takdir mu dan takdir ku, satu saja pinta ku, bisa kah kita kembali menjadi sahabat seperti dulu? karena kenangan ini cukup dalam menikam ku.
0 Comments:
Post a Comment