Saturday, 10 March 2012

Single Fighter?

Kita tidak akan pernah benar-benar berhenti mencintai seseorang...
Kita hanya belajar untuk hidup tanpa mereka...
-Unforgettable by Winna Effendii

Tagline di atas adalah sebuah tagline dari novel kesekian karya Winna Effendi yang berhasil ku baca. Novel unforgettable ini sudah selesai terbaca sejak 2 minggu yang lalu, namun baru teringat tagline itu, beberapa waktu lalu, saat mampir di facebook Gagasmedia (salah satu Indonesian publisher yang aku berharap nanti bisa publish novel ku, peace). 
Apa yang mau aku bilang di post-post an Sabtu siang gini selain curhat an dan pemikiran singkat, singkat sekali. Maklum, saya si moody, dan aku khawatir sebelum post ini selesai, udah ke duluan close window. ahaha, singkat kata belakangan ini banyak sekali NEGATIVE random thoughts yang keliaran di sekitar kepala, cukup annoying, karena itu bikin mood naik turun, dan selain itu juga, cukup menyesakkan, karena saya tidak mampu menghentikan random thoughts itu, tapi, sepanjang perjalanan ke Trawas Jum'at kemarin, saya berpikir. saat itu, Tommy dan Franky terbantai karena mabuk darat, susuk Bimbim terlampau serius dengan racing nya, dan saya memilih untuk menikmati sawah-sawah hijau yang ngak ada di Surabaya. 
pas, lagi ngelamun, tiba-tiba saya ingat BBM adam di malam sebelumnya. 
"Kamu ngerti paku picik yang pendek? Kalau di pasang di dinding buat gantung sesuatu bisa jatuh? Itu aku. Tapi kamu, kamu paku picik yg panjang, Bs menopang lbh banyak, ya mungkin kamu ngak bisa selurus dulu, tapi kamu dapat menopang banyak hal. Ngak ada orang lain yang bisa, Sanny. Bahkan mungkin selviana si ketua bem skrg itu pun ga sangguo terima beban kaya kamu.."
Aku cukup punya waktu lama untuk mengartikan apa yang sebenarnya Adam pengen bilang dan akhirnya aku menyerah, dan merasa, apapun yang adam bilang, biarlah itu hanya adam yang tahu. Tapi ketika aku mengingat kata beban, aku tergelitik dengan beban. 

Beban? Apa sebenarnya beban yang selama ini aku tanggung? Yang aku tahu, setiap dari kita hidup, dan memang memikul beban kita masing-masing.. dan, jujur, aku merasa beban ku hanya sebatas ini, beban yang jika dibandingkan dengan beban orang lain, maka aku tidak ada apa-apanya. Tapi, bagaimana adam bisa mengartikan beban ku sebegitu besarnya, kacamata apa yang dia gunakan untuk menilai beban yang aku pikul. aku tidak mengerti. 
sepanjang perjalanan pulang dari Trawas, aku memaksa ingatanku untuk melayang ke satu tahun dari hari ini, dan mendapati, di masa itu ada aku, aku dan 4 teman baikku yang membuang-buang waktu kita untuk memikirkan masa depan satu periode. mungkin itu akan menjadi satu episode dalam hidupku, yang aku tidak ingin lupakan, satu episode dimana aku merasa, ya, aku cukup kuat dengan bertahan berlima seperti ini, kami berlima akan melangkah bersama, dan akan berbagi beban kami bersama. sebelum akhirnya waktu menggugurkan satu dari kami, kemudian satu lagi, satu kemudian, dan tersisa dua di medan perjuangan yang ternyata tidak ada akhirnya ini. medan ini, mungkin akan terus-terus sama, yang membedakannya adalah waktu, dan kesempatan, dan beban, yang ketika itu bisa dipikul berlima, lalu berempat, lalu bertiga, dan berdua.. Aku hanya ingin mempercayai, meski beban ini hanya tinggal dipikul berdua, lantas itu tidak akan menggoyahkan kami yang tersisa. 
Mungkin aku yang hari ini, adalah paku yang tidak lurus lagi, karena sering aku bertanya, kenapa akhirnya hanya tinggal kami berdua dan aku tidak pernah menemukan jawabannya, tidak seorang pun yang mau menjawab, selain pada akhirnya aku hanya mampu menghibur diri dan berkata, "Mereka memiliki beban sendiri, mereka butuh waktu untuk diri mereka sendiri, justru saat kamu mencintai mereka kamu akan bilang aku mengerti dan aku akan menunggu.." Ya, aku hanya menarik kesimpulan bahwa, mereka yang telah pergi, memiliki beban mereka sendiri, mereka memiliki kepentingan lain, dan karena aku yang tidak memiliki beban lain dan kepentingan lain, itulah sebabnya aku tetap bertahan di sini, tapi tidak hanya itu, aku berhasil menemukan satu orang lain, yang meski memiliki beban banyak dan berat, tapi dia tetap bertahan di medan ini, lantas jawaban apalagi yang bisa ku berikan untuk mereka yang telah pergi selain, aku harus belajar ulang untuk mempercayai. 
Ya, untuk waktu waktu kedepan nya, tidak akan mudah bagiku untuk mempercayai, karena aku pernah mempercayai dan ditinggalkan. Tidak ada yang lebih menyakitkan selain sebuah kenyataan bahwa kamu bisa berjuang berlima, tapi kemudian hanya dua dari lima yang bertahan, sebuah perasaan sakit dan kecewa yang tidak pernah bisa terlontarkan dan mungkin juga sudah terlambat untuk complain, namun biarlah kesakitan yang mereka berikan ini, menjadi satu cambuk, agar meski paku ku tidak lurus lagi, aku tetap tertancap di dinding. 
dan sebenarnya, berkaitan dengan tagline diatas, aku tidak pernah benar-benar berhenti berharap untuk berjuang bersama mereka lagi, aku hanya belajar untuk berjuang sendiri, tanpa mereka.. dan aku pengen sampaikan quotes ini buat teman seperjuanganku yang tersisa, Marcell. entah dia setuju atau ndak, namun percayalah, lebih baik seperti ini, karena jauh lebih menyakitkan melihat mereka yang sudah memutuskan untuk meninggalkan kita, mendadak menjadi sangat-sangat peduli, dan kepedulian itu hanya nol besar, lebih baik teruskan perjuangan single ini, sampai akhir. ini adalah hasil review pertemuan kita Jum'at kemarin sama anak-anak. 

0 Comments: