dan gadis itu menamai dirinya seperti bumi yang teduh. senyumnya dan kata-kata lembutnya, selalu seperti sebuah keteduhan, karena dia sabar dan dia tulus, saat itu bumi penuh tumbuhan hijau, sehingga nyaman dilihat.
namun, segala berubah, ketika bumi mulai bertemu langit. bumi si teduh, menatap langit yang tinggi di atasnya, dengan berjuta tanya yang tidak terjawab, bumi hanya ingin memastikan, sejauh apakah dia dari langit. yang bumi tahu, cepat atau lambat, bumi akan semakin mengikuti kemana gerak langit.
ternyata langit tidak sedingin itu, ketika bumi bisa berjabat tangan, dan mengenal sisi hangat dari langit ber mentari cerah, yang menghangatkan sisi teduh bumi, selalu. langit selalu punya cara apapun untuk bumi, hanya untuk secercah senyum teduh bumi, langit dapat dengan mudah menghadirkan nya, dan sayangnya, langit tidak pernah tahu, seberapa mudahnya langit men jungkir balik kan dunia bumi.
dan sekarang, gadis itu masih menamai dirinya bumi, namun tidak lagi bumi yang teduh, namun bumi yang luka. jangan kau cari senyum atau tawa pada bumi, karena sudah tiada tawa pada bumi. jika bumi masih bisa teduh, itu karena terkadang langit mampir menyinarinya. semenjak langit tidak lagi sehangat mentari, bumi dan langit tidak lagi ada. bumi dengan besar hati menerima betapa jauh jarak yang terbentang antara hati nya, dan hati langit, dan jarak ini tidak bisa berbohong.
sekalipun nanti kamu temukan bumi tersenyum, bumi pasti sedang mengingat langit. selalu seperti itu.
karena bumi diam-diam mencintai langit, karena bumi terus mengharapkan langit. sedang langit terus meninggi, meninggalkan bumi dalam keterpurukan yang tak terselamatkan.
selalu dan selalu. tugas bumi adalah menatap langit menjauh. menengadah menahan tetes tetes kepedihan, dan terus berusaha teduh demi langit. demi langit yang agar selalu mengenang bumi yang teduh, bumi yang indah, meski tidak lagi ada teduh, dan indah.
suatu hari, bumi berharap, langit akan kembali merendah, menyapa bumi dengan kesederhanaan milik langit yang selalu bumi simpan. meski, bumi tidak yakin kapan waktu itu akan tiba, namun bumi berharap langit tidak lagi lupa.
hari dimana langit memutuskan untuk meninggi, menjauh, dan bersinar pada bumi yang lain, hari itu juga semua tidak sama lagi, antara langit dan bumi.
sesekali, bumi suka mengenang langit dan segala keunikan nya, segala kesederhanaan yang langit punya, dan bumi akan tertawa, lalu meringis dan menangis, karena sekuat apa bumi ingin kembali, masa langit dan bumi sudah berlalu.
mungkin bumi menyesal, karena tidak bisa menjaga langit dengan baik, namun langit pun memutuskan untuk menjauh, yang akan selalu bumi lakukan adalah menatap hampa pada langit tinggi di atasnya, sambil suatu ketika, mungkin tersenyum, mungkin tertawa. bumi butuh waktu.
0 Comments:
Post a Comment